“SAYA akan bermain maksimal tanpa beban!” kata IM-WGM Irine Kharisma Sukandar pada saat jumpa pers di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta hari Rabu sore (1/2/2017) dalam rangka persiapan keberangkatannya mewakili Indonesia ke Kejuaraan Dunia Catur Wanita 2017 di Teheran Iran tanggal 10 Februari s/d 5 Maret 2017.
Hadir pada acara jumpa pers tersebut para pimpinan Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB PERCASI), yaitu Anggota Dewan Pertimbangan Ir. Eka Putra Wirya, Ketua Umum Hashim Djojohadikusumo, Plt Ketua Umum GM Utut Adianto, Wakill Ketua Umum / Plt Sekretaris Jenderal Henry Hendratno, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Kristianus Liem, Ketua Bidang Humas Urry Kartopati, para staf dan wartawan dari 29 media cetak/elektronik serta 7 televisi.
Mengawali acara, GM Utut Adianto menjelaskan singkat keberadaan Irene saat ini. “Kita ingin melepas Irene ke Kejuaraan Dunia Catur Wanita di Iran dengan penuh kebanggaan. Bangga atas prestasinya yang hebat! Irene adalah satu-satunya pecatur putri Indonesia yang berhasil meraih juara Asia dua kali. Juara Asia dua kali itu bukan hal yang gampang. Segudang Grandmaster maupun Woman Grandmaster ada di Asia, utamanya di Cina, India, Vietnam, dan sejumlah negara pecahan Uni Soviet. Di atas pecatur-pecatur wanita hebat itu, Irene berhasil meraih juara Asia, dan bahkan untuk yang ke-dua kali! Dan juga memang ini untuk yang kedua kalinya Irene maju ke Kejuaraan Dunia Catur Wanita, kalau di tahun 2015 lalu dia hanya mampu bertahan di satu putaran (baca di sini: WOMEN'S WORLD CHESS CHAMPIONSHIP 2015 LANGKAH IRENE TERHENTI), sekarang saya yakin Irene bisa lolos ke putaran ke-dua, syukur-syukur sampai putaran ke-tiga, empat bahkan hingga final, karena Irene yang sekarang adalah Irene yang berbeda!”
Ketua Umum PB PERCASI Hashim Djojohadikusumo juga menyampaikan harapannya. “Tentunya kami bangga bahwa dari 64 pecatur wanita yang sudah ditetapkan oleh FIDE untuk maju ke Kejuaraan Dunia Catur Wanita 2017 di Teheran Iran, ada satu pecatur putri dari Indonesia yaitu Irene. Kami semua di PB PERCASI berharap, juga pastinya mendukung, semoga Irene bisa mempersembahkan yang terbaik untuk Merah-Putih... untuk Indonesia!” Selanjutnya Ketua Umum PB PERCASI mengingatkan pentingnya Irene menjaga stamina dan makan makanan bergizi selama Women’s World Chess Championship berlangsung.
Kemudian Irene menceritakan persiapannya selama 3 tahun terakhir (semenjak menjuarai Asian Continental 2014) melanglang buana untuk berlatih catur sambil kuliah pasca-sarjana di Webster University St. Lois USA dibawah bimbingan Grandmaster Susan Polgar & Team. “Saya telah menyelesaikan kuliah S2 saya dan kini saya sudah tidak memiliki beban lagi untuk menerjuni percaturan Internasional secara profesional. Kejuaraan Dunia Catur Wanita ini saya anggap sebagai turnamen catur pertama saya sebagai profesional, jadi saya akan bertanding secara maksimal dengan segenap kemampuan yang sudah saya peroleh dari Susan Polgar. Beliau telah mentransfer semua ilmu caturnya pada saya, baik yang bersifat teknis maupun psikologis. Pengalaman beliau sebagai mantan Juara Dunia Catur Wanita dan Juara Olimpiade Catur Wanita lima kali, bagaimana persiapan-persiapan beliau untuk mencapai itu semua, telah diceritakan dan diterapkan pada saya selama saya berada di Amerika. Beliau seorang pelatih catur yang luar biasa...” Irene terdiam sejenak, mungkin masih mengenang pelatih catur wanita kelas dunia itu, karena baru dua hari ini Irene menginjakkan kakinya kembali di tanah air.
“Perjalanan saya sebagai pecatur profesional tentunya masih sangat panjang, sehingga kejuaraan dunia ini merupakan kesempatan bagi saya untuk membuka jalan menjadi salah satu pecatur wanita terbaik, tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia.”
Anggota Dewan Pertimbangan PB PERCASI Ir. Eka Putra Wirya tidak berbicara banyak, hanya lebih banyak tersenyum dan tertawa. “Saya pastinya sangat mendukung keberangkatan Irene ke Kejuaraan Dunia Catur Wanita, dan semoga dia berhasil mencapai hasil yang terbaik sesuai yang diharapkan oleh pak Hashim dan kita semua.” Irene yang kemudian melanjutkan dengan “sedikit” membuka kartu, bahwa selama ini Eka Putra Wirya lah yang selalu mendukung dan mendorongnya untuk berprestasi. “Pak Eka mempunyai impian besar yang pernah disampaikan ke saya sekitar 20 tahun silam, bahwa Indonesia harus bisa mencetak juara dunia catur, setidaknya di kelompok wanita. Itulah yang membuat saya termotivasi selama ini, dan sekarang saya sudah siap semaksimal mungkin dengan kemampuan saya – karena saya sudah tidak memiliki beban lagi (untuk menekuni bidang studi - redaksi) – untuk memuwujudkan impian beliau itu...”
Harus diakui bahwa persaingan di catur dunia untuk kelompok putra/pria (yang juga disebut kelompok “open” karena pecatur wanita juga boleh ikut bersaing di kelompok ini bila mampu) lebih berat dan semakin berat saat ini, terlebih lagi bagi negara yang belum sepenuhnya fokus pada pembinaan olahraga secara optimal dan berkesinambungan, seperti Indonesia. Baru ketika ada event akbar seperti misalnya ASIAN GAMES 2018, Pemerintah tergopoh-gopoh menyiapkan sarana dan prasarananya, yang tampaknya nantinya (tahun depan) keuangan Pemerintah bisa-bisa kedodoran dengan anggaran dana yang harus disediakan secara mendadak. Persaingan di catur dunia kelompok putri/wanita tidak seberat di kelompok pria/open, jadi masih ada "celah-celah peluang" yang bisa kita masuki, meskipun juga tidak mudah. Di kawasan ASEAN saja, yang semula Indonesia memimpin olahraga Catur kelompok putri/wanita, kini telah dikejar oleh Filipina dan hampir disalip oleh Vietnam. Kuncinya adalah fokus pada pembinaan (untuk semua pengurus olahraga) yang tentunya juga membutuhkan biaya yang tidak kecil, bila hanya bergantung pada dana bantuan olahraga dari Pemerintah, sudah bisa dipastikan pembinaan akan tersendat bahkan macet karena sejak tahun 2014 bantuan dana olahraga tahunan dari Kemenpora telah dihapus, jadi perlu ada upaya swadaya dari para pengurus olahraga atau salah satu alternatifnya yang juga sulit ditempuh adalah mencari sponsor. Sedangkan untuk para atlet harus memiliki kemauan kuat untuk fokus pada peningkatan kemampuannya dengan berlatih dan uji coba tanding secara kontinyu. Tapi kebiasaan atau tradisi di Indonesia adalah pada usia emas pencapaian prestasi olahraga, seseorang dituntut untuk giat belajar di sekolah, sehingga kesempatan untuk fokus pada bidang lainnya – seperti olahraga dan juga seni – menjadi pilihan yang kesekian... (maaf tidak kami tulis angkanya, nanti dikira kampanye pilkada).
Beruntung Irene sekitar 3 tahun belakangan ini bisa fokus pada olahraga yang disukainya (mungkin juga sudah "telanjur" dicintainya) yaitu Catur, sambil tidak melewatkan pendidikannya. Selamat untuk gelar S2 yang telah diraihnya, dan kini kita menanti dalam harapan dan doa untuk jejak prestasi yang akan ditorehkannya di Kejuaraan Dunia Catur Wanita 2017...